Thursday, November 3, 2011

Waspadai Gumoh Bayi

TEMPO Interaktif, Bukannya berbahagia, bulan-bulan awal sejak kelahiran Bagas, putra pertamanya, Ari, 28 tahun, malah stres berat. "Sering banget gumoh, nyusu sedikit saja keluar lagi," katanya. Ia hampir saja menyapih Bagas atas saran seorang tetangga. "Katanya mungkin Bagas alergi sama ASI."

Saran ini disanggah keras oleh dr Badriul Hegar, SpA(K), saat berbicara pada seminar dan talk show Women Health Expo 2010, yang diselenggarakan oleh Yayasan Pengembangan Medik Indonesia, 5-6 Februari lalu. "ASI tak pernah membuat bayi alergi. Justru ASI-lah makanan pertama dan utama bagi bayi. Gumoh bukan alasan menghentikannya," kata Hegar, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia. 

Pencernaan manusia adalah organ yang unik. Mulai mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, hingga usus besar. "Kalau diurai bisa satu lapangan tenis. Ada 10 pangkat 45 jenis bakteri dalam usus. Ada 10 pangkat 11 sel saraf, dengan 80 persen kegiatan usus halus adalah menghasilkan kekebalan tubuh,"kata Hegar, yang memang banyak menangani masalah pencernaan anak.

Meski usus berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kuman patogen, ada bakteri dalam usus manusia yang justru membuat tubuh kuat. Misalnya bifidobakteria. Bayi pada usia 4-20 hari di ususnya banyak mengandung bifidobakteria karena hanya mengkonsumsi ASI.

Karena itu, sistem pencernaan anak harus dijaga sejak dini. Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali dengan rasa mual dan penuh di perut. Gumoh biasanya terjadi pada bayi secara spontan, saat asam lambung naik membawa isi lambung kembali ke kerongkongan.

Tapi terlalu sering gumoh harus diwaspadai. "Bisa jadi ini adalah refluks gastroesofageal," kata Hegar dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Refluks gastroesofageal adalah kelainan pencernaan yang terjadi ketika asam lambung yang bercampur makanan atau zat cair yang dikonsumsi oleh bayi naik hingga ke kerongkongan atau esofagus. Ini terjadi karena perkembangan sistem pencernaan bayi yang belum sempurna hingga bayi berusia 1 tahun.

Pada sistem pencernaan yang sempurna, sphincter esophageal bawah atau cincin otot antara lambung dan esofageal bawah membuka ketika makanan masuk ke lambung. Cincin otot ini mestinya menutup saat makanan sampai ke lambung agar makanan dan minuman tak keluar lagi. 

Namun, ketika otot ini terlalu lama beristirahat atau sistem kerjanya belum sempurna, cincin otot ini membuka tidak pada waktunya. Sehingga asam lambung kembali naik ke esofagus dan menyebabkan gumoh, rasa terbakar di dada, serta sulit bernapas.

Ada kalanya ini tak menimbulkan masalah sama sekali. "Tapi, jika terus berulang, asam lambung bisa membuat kerongkongan lecet hingga anak semakin rewel saat makan. Hingga berat badan pertumbuhannya terganggu," kata Hegar.

Anak juga bisa mengalami dehidrasi, kekurangan cairan, dan anemia jika perdarahan terjadi. Gumoh berkelanjutan juga bisa naik dan masuk ke saluran pernapasan hingga ke paru-paru. Ini bisa menyebabkan asma, pneumonia, atau radang paru, bahkan sindrom kematian bayi mendadak.

Perlu diingat bahwa bayi tak bisa mengkomunikasikan apa yang dirasakannya. Pengamatan orang tua sangat diperlukan. Jika intensitas gumoh bayi makin tinggi, ditambah semakin sulit makan, "Jangan tunda lagi, bawa ke dokter anak untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata Hegar.


Mengatasi Gumoh
-Setelah makan atau minum susu, tidurkan bayi dengan posisi separuh duduk, bagian atas lebih tinggi.
-Atau dudukkan bayi di pangkuan atau gendong dalam posisi kepala lebih tinggi sekitar 30 menit.
-Tepuk-tepuk punggung bayi dengan lembut, lebih baik jika bayi bisa sendawa.
-Jika memberi makan dengan botol, pastikan bagian dot dipenuhi susu, sehingga bayi tak banyak mengisap udara saat menyedotnya.
-Tambahkan sereal beras pada makanan bagi bayi yang lebih besar.
-Pastikan ikatan pada popok bayi tidak terlalu kencang.

Gejala Refluks Gastroesofageal

Gejala refluks gastroesofageal bisa berbeda-beda pada bayi. Waspadai jika sudah mempengaruhi selera makan atau membuatnya rewel.

-Rewel atau menolak saat makan.
-Sering bersendawa atau cegukan.
-Sakit perut atau kembung.
-Sering batuk atau tercekat tiba-tiba.
-Serangan batuk pada malam hari.
-Bersin-bersin.
-Sering terserang infeksi saluran pernapasan atas.
-Bunyi berderak di dada.
-Sering merasa perih pada tenggorokan di pagi hari.
-Rasa perih di mulut.

No comments:

Post a Comment